Pendahuluan
Bahasa Bali, sebagai salah satu warisan budaya tak benda yang sangat berharga, memiliki peran vital dalam melestarikan identitas dan kearifan lokal masyarakat Bali. Mempelajari Bahasa Bali bukan hanya sekadar menguasai tata bahasa dan kosa kata, tetapi juga memahami filosofi, adat istiadat, dan nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya. Untuk siswa kelas 10, semester 2 adalah periode penting untuk menguatkan pemahaman mereka terhadap materi-materi yang lebih kompleks, baik dari segi sastra, tata bahasa, maupun budaya Bali yang terintegrasi dalam pembelajaran bahasa.
Artikel ini akan menyajikan berbagai contoh soal Bahasa Bali untuk Kelas 10 Semester 2, meliputi pilihan ganda, uraian singkat, dan esai/analisis. Soal-soal ini dirancang untuk menguji pemahaman siswa tentang Anggah-ungguh Basa (tingkatan bahasa), Sastra Bali (modern dan tradisional), Tata Bahasa (wangun kruna, imbuhan), Aksara Bali, serta aspek budaya yang relevan. Setiap soal dilengkapi dengan kunci jawaban dan pembahasan singkat untuk membantu siswa memahami konsep dengan lebih baik.
Materi Pokok Bahasa Bali Kelas 10 Semester 2 (Gambaran Umum):
Sebelum masuk ke contoh soal, mari kita ulas singkat materi-materi yang umumnya diajarkan pada semester 2 kelas 10:

- Anggah-ungguh Basa Bali: Pendalaman tentang tingkatan bahasa (Alus Singgih, Alus Sor, Alus Mider, Kasar) dan penggunaannya dalam konteks komunikasi sehari-hari.
- Sastra Bali Anyar (Modern): Puisi Bali Anyar (bentuk, tema, pesan), Prosa Bali Anyar (Satua Cutet/cerpen Bali), dan drama modern.
- Sastra Bali Tradisional: Peparikan, Cecimpedan, Wewangsalan, Sesenggak, Sloka, Kekawin/Geguritan (pengenalan).
- Tata Bahasa Bali: Wangun Kruna (Kruna Dwi Purwa, Dwi Sama Lingga, Dwi Wesana, Tri Lingga), Kruna Tiron (kata berimbuhan), Kruna Satma.
- Aksara Bali: Pasang Aksara (aturan penulisan), Panganggé Aksara (sandangan), Aksara Swara, Aksara Vianjana, Aksara Gantungan, Gempelan.
- Budaya Bali: Implementasi Tri Hita Karana, upacara adat (Yadnya), seni pertunjukan (tari, tabuh), serta isu-isu lingkungan dan pariwisata dari sudut pandang Bali.
Mari kita mulai dengan contoh soal!
Bagian I: Pilihan Ganda
(Pilihlah jawaban yang paling tepat dengan memberikan tanda silang (X) pada huruf A, B, C, D, atau E)
-
Kruna "mangan" yening kaanggen ring Alus Singgih dados kruna….
A. Ngajeng
B. Neda
C. Nunia
D. Ngrayunang
E. Makarya
Jawaban: D. Ngrayunang
Pembahasan: "Mangan" (makan) dalam Alus Singgih (tingkatan bahasa untuk menghormati orang yang sangat dihormati) menjadi "Ngrayunang". "Ngajeng" adalah Alus Mider, "Neda" adalah Alus Sor. -
Puisi Bali Anyar sane ngawit wenten ring Bali kawastanin….
A. Sekar Alit
B. Geguritan
C. Puisi Bebas
D. Kakawin
E. Tembang
Jawaban: C. Puisi Bebas
Pembahasan: Puisi Bali Anyar atau Puisi Bebas adalah bentuk puisi modern yang tidak terikat pada aturan metrum atau jumlah suku kata seperti geguritan atau kakawin. -
"Jani suba peteng, I Bapa kari makarya ring carik." Kruna "makarya" ring sajeroning lengkara punika ngranjing ring anggah-ungguh basa….
A. Kasar
B. Alus Sor
C. Alus Mider
D. Alus Singgih
E. Mider
Jawaban: C. Alus Mider
Pembahasan: "Makarya" (bekerja) adalah kruna Alus Mider, bisa digunakan untuk diri sendiri atau orang lain dalam konteks yang sopan namun tidak terlalu formal seperti Alus Singgih. -
Indik satua cutet (cerpen) Bali Anyar, puniki sane nenten ngranjing ring unsur intrinsik….
A. Tema
B. Alur
C. Amanat
D. Gaya Bahasa
E. Latar Belakang Pengarang
Jawaban: E. Latar Belakang Pengarang
Pembahasan: Latar belakang pengarang adalah unsur ekstrinsik. Unsur intrinsik meliputi tema, alur, tokoh, latar, sudut pandang, amanat, dan gaya bahasa. -
Kruna "gede-gede" ngranjing ring wangun kruna….
A. Kruna Dwi Purwa
B. Kruna Dwi Sama Lingga
C. Kruna Dwi Wesana
D. Kruna Tri Lingga
E. Kruna Polah
Jawaban: B. Kruna Dwi Sama Lingga
Pembahasan: Kruna Dwi Sama Lingga adalah pengulangan kata dasar secara keseluruhan (contoh: gede-gede, joh-joh). -
"Ada kucit mabulu gading, nanging bisa nginem." Cecimpedan puniki artinipun….
A. Tegeh
B. Tiing
C. Sampi
D. Dukuh
E. Celeng
Jawaban: B. Tiing (Bambu)
Pembahasan: Kucit (anak babi) mabulu gading (berbulu kuning/keemasan) merujuk pada rebung bambu yang berwarna kuning. Nganggen/nginem (menghisap) merujuk pada bambu yang menyerap air. -
Aksara Bali sane kaanggen nyurat suara ‘e’ (pepet) inggih punika….
A. Ulu
B. Suku
C. Taleng
D. Pepet
E. Tedung
Jawaban: D. Pepet
Pembahasan: Pepet adalah salah satu panganggé suara (sandangan vokal) untuk menghasilkan bunyi ‘e’ (seperti ‘e’ pada kata ’emas’). Ulu untuk ‘i’, Suku untuk ‘u’, Taleng untuk ‘é’, Tedung untuk ‘aa’. -
"Apang sing dadi gajah di alas, melahang malu malajah." Lengkara puniki ngranjing ring….
A. Peparikan
B. Cecimpedan
C. Wewangsalan
D. Sloka
E. Sesenggak
Jawaban: E. Sesenggak
Pembahasan: Sesenggak adalah peribahasa atau ungkapan yang mengandung nasihat atau sindiran secara langsung. "Gajah di alas" berarti seseorang yang tidak memiliki kemampuan tapi ingin berkuasa. -
Tri Hita Karana inggih punika konsep kerukunan sane nyakupang tiga hubungan. Hubungan sane ngatur indik kerukunan sareng palemahan (lingkungan) kawastanin….
A. Parhyangan
B. Pawongan
C. Palemahan
D. Krama Desa
E. Suka Duka
Jawaban: C. Palemahan
Pembahasan: Tri Hita Karana terdiri dari Parhyangan (hubungan manusia dengan Tuhan), Pawongan (hubungan manusia dengan sesama), dan Palemahan (hubungan manusia dengan lingkungan alam). -
Imbuhan (pangiring) "-in" ring kruna "jaitin" (jahitkan) ngranjing ring jenis imbuhan….
A. Pangarep
B. Pangiring
C. Pangembel
D. Pangapit
E. Pang tengah
Jawaban: B. Pangiring
Pembahasan: Pangiring adalah imbuhan yang letaknya di belakang kata dasar. Pangarep di depan, pangapit di depan dan belakang, pang tengah di tengah.
Bagian II: Uraian Singkat
(Jawablah pertanyaan berikut dengan singkat dan jelas!)
-
Sebutkan tiga tingkatan Anggah-ungguh Basa Bali sane sering kaanggen ring pasawitran sadina-dina!
Jawaban: Tiga tingkatan Anggah-ungguh Basa Bali yang sering digunakan dalam pergaulan sehari-hari adalah:- Alus Singgih: Digunakan untuk menghormati orang yang sangat dihormati (pendeta, raja, orang tua yang sangat dihormati).
- Alus Mider: Digunakan dalam percakapan sopan secara umum, bisa untuk diri sendiri atau orang lain, sering disebut bahasa pergaulan sopan.
- Alus Sor: Digunakan untuk merendahkan diri sendiri di hadapan orang yang lebih tinggi kedudukannya atau untuk berbicara tentang orang yang lebih rendah kedudukannya. (Bisa juga ditambahkan Kasar sebagai perbandingan, meskipun bukan "tingkatan" sopan).
-
Jelaskan perbedaan utama antara Puisi Bali Anyar (modern) lan Geguritan (tradisional) saking segi bentuk lan aturan!
Jawaban:- Puisi Bali Anyar: Bentuknya bebas, tidak terikat oleh aturan metrum (padalingsa), jumlah baris, suku kata, atau rima tertentu. Fokus pada ekspresi pribadi dan tema yang lebih beragam.
- Geguritan: Terikat oleh aturan padalingsa (metrum) yang ketat. Setiap pupuh (bagian) memiliki aturan tertentu mengenai jumlah baris (pada), jumlah suku kata per baris (guru wilangan), dan vokal akhir setiap baris (guru suara).
-
Tulislah kruna "Bali" lan "Sekolah" nganggen Aksara Bali (tanpa gantungan/gempelan)!
Jawaban:- Bali: ᬩᬮᬶ (Ba – La – Ulu)
- Sekolah: ᬲᬓᭀᬮᬄ (Sa – Ka – Taleng Tedong – La – Ha)
Pembahasan: Penulisan Aksara Bali memerlukan pemahaman dasar tentang aksara dasar dan sandangan. Untuk "Sekolah", ‘é’ menggunakan taleng, ‘o’ menggunakan taleng tedong, dan ‘h’ di akhir menggunakan aksara Ha dengan adeg-adeg.
-
Napi sane kawastanin Wewangsalan? Berikan conto siki!
Jawaban: Wewangsalan inggih punika unen-unen sane ngawangun kalih palet (dua bagian/larik), palet sane ngarep (larik pertama) marupa teka-teki utawi pamangsul (sampiran), tur palet sane ungkur (larik kedua) marupa arti utawi isinipun (isi) saking teka-teki punika, sering nganduang pasemon utawi sindiran.
Conto:- Jukut gedang donne nguda,
- Suba bajang jani nguda.
Pembahasan: "Jukut gedang donne nguda" (sayur pepaya daunnya muda) adalah sampiran, rima akhir "uda". "Suba bajang jani nguda" (sudah gadis sekarang berani) adalah isi, rima akhir juga "uda".
-
Jelaskan secara singkat makna dari "Parhyangan" dalam konsep Tri Hita Karana!
Jawaban: Parhyangan adalah salah satu bagian dari Tri Hita Karana yang mengatur hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan/Hyang Widhi Wasa. Ini diwujudkan melalui berbagai upacara keagamaan (Yadnya), persembahyangan, pembangunan pura, serta sikap bakti dan syukur kepada Tuhan.
Bagian III: Esai/Analisis
(Jawablah pertanyaan berikut dengan uraian yang lengkap dan terstruktur!)
-
Bacalah puisi Bali Anyar ring sor puniki, raris analisis tema, amanat, lan gaya basa sane kaanggen!
Batu
Karya: I Made Sujana SudiaraTampak di tengah jalan
Kau diam tak bergerak
Diterpa panas, dihempas hujan
Tak sedikit pun kau mengeluhBanyak kaki melangkah di atasmu
Banyak roda melindas tubuhmu
Kau tetap di sana, abadi
Dengan kerasnya hatiAdakah kau tahu, wahai batu
Ada jiwa yang iri padamu
Yang ingin sekuat dirimu
Tak goyah walau badai menderu.Analisis:
- Tema: Keteguhan hati, ketahanan dalam menghadapi cobaan hidup, inspirasi dari kekuatan alam.
- Amanat/Pesan: Puisi ini mengajak pembaca untuk meneladani kekuatan dan ketahanan batu dalam menghadapi berbagai tantangan hidup. Meskipun terus-menerus diterpa kesulitan (panas, hujan, dilindas), batu tetap diam dan tidak mengeluh. Ini menjadi metafora bagi manusia agar memiliki keteguhan hati dan tidak mudah menyerah dalam menghadapi cobaan. Penulis seolah iri pada kekuatan batu, menyiratkan keinginan untuk memiliki ketahanan yang sama.
- Gaya Bahasa:
- Personifikasi: Pengarang memberikan sifat manusiawi kepada batu, seperti "tak sedikit pun kau mengeluh", "kerasnya hati", "ada jiwa yang iri padamu". Batu seolah memiliki perasaan dan kemauan.
- Metafora: Batu digunakan sebagai metafora untuk keteguhan dan ketahanan. "Badai menderu" juga bisa menjadi metafora untuk cobaan hidup yang berat.
- Diksi sederhana namun kuat: Kata-kata yang digunakan mudah dipahami, namun memiliki makna yang mendalam dan mampu membangun citra yang kuat (diam, tak bergerak, diterpa, dihempas, abadi, kerasnya hati, tak goyah).
- Repetisi (pengulangan): Pengulangan frasa seperti "banyak kaki", "banyak roda" menekankan intensitas cobaan yang dialami batu.
- Retoris: Pertanyaan "Adakah kau tahu, wahai batu…" adalah pertanyaan retoris yang bertujuan untuk menekankan perasaan iri dan keinginan penulis untuk memiliki kekuatan seperti batu.
-
Bagaimana peran Anggah-ungguh Basa Bali dalam menjaga etika dan tata krama komunikasi di masyarakat Bali? Jelaskan dengan memberikan contoh konkret!
Jawaban:
Anggah-ungguh Basa Bali memegang peranan yang sangat fundamental dalam menjaga etika dan tata krama komunikasi di masyarakat Bali. Sistem tingkatan bahasa ini bukan sekadar aturan kebahasaan, melainkan cerminan dari filosofi sosial dan penghormatan terhadap hierarki, usia, dan status sosial. Peran utamanya adalah:-
Menunjukkan Rasa Hormat (Bakti): Penggunaan Alus Singgih atau Alus Mider kepada orang yang lebih tua, orang suci, atau pejabat menunjukkan rasa hormat dan pengakuan terhadap kedudukan mereka. Misalnya, seorang anak muda akan menggunakan "titiang" (saya, Alus Sor) dan "ida dane" (Anda, Alus Singgih) saat berbicara dengan pemangku atau orang tua, bukan "tiang" dan "cai" (saya dan kamu, Kasar). Ini mencerminkan bakti dan sopan santun.
-
Menciptakan Keharmonisan Sosial: Dengan adanya aturan ini, setiap individu mengetahui bagaimana cara berkomunikasi yang tepat dengan lawan bicaranya, sehingga meminimalisir kesalahpahaman atau ketersinggungan. Komunikasi menjadi lebih teratur dan harmonis. Contohnya, dalam rapat adat, para peserta akan menggunakan Alus Mider atau Alus Singgih untuk menyampaikan pendapat, menjaga suasana agar tetap formal dan saling menghargai.
-
Mempertegas Identitas Budaya: Anggah-ungguh Basa adalah ciri khas Bahasa Bali yang membedakannya dari bahasa lain. Dengan mempertahankan dan menggunakannya, masyarakat Bali secara tidak langsung turut melestarikan identitas budayanya di tengah gempuran globalisasi.
-
Sebagai Sarana Pendidikan Karakter: Pembelajaran Anggah-ungguh Basa sejak dini menanamkan nilai-nilai kesopanan, kerendahan hati, dan empati pada generasi muda. Mereka diajarkan untuk memahami konteks sosial dan menyesuaikan diri, sebuah bekal penting dalam kehidupan bermasyarakat.
Contoh Konkret:
- Ketika seorang siswa berbicara dengan gurunya, ia akan menggunakan "titiang" (saya, Alus Sor) dan "ida dane" atau "Dane" (Anda, Alus Singgih/Mider) serta kruna-kruna alus lainnya. Misalnya, "Titiang nunas lugra, Dane Guru" (Saya mohon izin, Bapak/Ibu Guru). Jika ia menggunakan "tiang" dan "cai", itu akan dianggap tidak sopan.
- Dalam upacara keagamaan, pemangku atau sulinggih akan menggunakan bahasa yang lebih tinggi (Alus Singgih) saat berkomunikasi dengan umat atau dalam mantra, sementara umat akan merespons dengan bahasa yang lebih rendah (Alus Sor) sebagai bentuk penghormatan.
- Ketika seorang penjual di pasar berbicara dengan pembeli yang lebih tua, ia mungkin akan menggunakan Alus Mider untuk menunjukkan kesopanan, seperti "Nggih, jagi nalerang nika, Jero?" (Baik, akan saya siapkan itu, Bapak/Ibu?).
Dengan demikian, Anggah-ungguh Basa bukan hanya sekadar aturan linguistik, melainkan pilar penting dalam menjaga tatanan sosial, etika, dan nilai-nilai budaya yang dipegang teguh oleh masyarakat Bali.
-
Tips Tambahan untuk Belajar Bahasa Bali:
- Pahami Konteks: Bahasa Bali sangat terikat dengan budaya dan adat istiadat. Memahami konteks budaya akan sangat membantu dalam menguasai bahasa.
- Latihan Berbicara: Jangan takut untuk praktik berbicara dengan teman, guru, atau anggota keluarga yang lebih fasih. Kesalahan adalah bagian dari proses belajar.
- Perbanyak Membaca: Baca buku cerita Bali (satua), puisi, artikel berita berbahasa Bali, atau geguritan untuk memperkaya kosa kata dan pemahaman tata bahasa.
- Manfaatkan Kamus: Selalu sediakan kamus Bahasa Bali-Indonesia atau sebaliknya untuk membantu memahami kata-kata baru.
- Perhatikan Anggah-ungguh Basa: Ini adalah inti dari komunikasi dalam Bahasa Bali. Latih kepekaan terhadap siapa Anda berbicara dan dalam situasi apa.
- Belajar Aksara Bali Secara Bertahap: Mulai dari aksara dasar, sandangan, hingga pasang aksara. Latihan menulis dan membaca aksara Bali akan sangat membantu.
- Tonton Tayangan Berbahasa Bali: Film, vlog, atau berita berbahasa Bali bisa menjadi cara yang menyenangkan untuk meningkatkan kemampuan mendengarkan dan memahami.
Kesimpulan
Mempelajari Bahasa Bali adalah perjalanan yang kaya akan makna, menghubungkan kita tidak hanya dengan sebuah bahasa, tetapi juga dengan jiwa sebuah kebudayaan. Contoh soal di atas hanyalah sebagian kecil dari materi luas yang harus dikuasai siswa kelas 10. Dengan latihan yang konsisten, pemahaman yang mendalam terhadap materi, dan semangat untuk melestarikan bahasa ibu, siswa akan mampu menguasai Bahasa Bali dengan baik dan menjadi duta-duta pelestarian budaya di masa depan. Semoga artikel ini bermanfaat bagi para siswa, guru, dan siapa pun yang tertarik untuk mendalami Bahasa Bali. Sukses selalu dalam belajar!